Thursday, October 20, 2005

Selingkuh

Tadi pagi, sewaktu berangkat ke kantor, duduk di sebelah saya dua orang ibu yang dengan asyiknya menceritakan petualangan temannya dalam hal selingkuh.

Selingkuh?
Wuih, gini hari.
Puasa-puasa begini ngomongin selingkuhan orang?

Menurut penuturan salah satu ibu tadi, dan saya dengan sengaja memasang telinga lalu mengetikkannya di komunikator, awalnya mereka memang hanya saling ketemu di gerbong kereta ekspres Bekasi-Jakarta setiap pagi dan sore hari saat pulang kantor.

Kali pertama, tak sadar sesekali mereka saling bertatap mata.
Kali kedua, mereka saling menyapa.
Kali ketiga mereka saling bicara. Apa saja. Termasuk curahan isi hati.
Kali keempat, mereka mulai berbagi kartu nama.
Kali kelima, hilir mudiklah SMS diantara keduanya.

Selanjutnya mereka sering terlihat di gerbong yang sama, baik saat berangkat ke kantor di pagi hari maupun saat pulang kantor di sore hari. Seringkali pula mereka sudah nampak makan pagi bersama di Stasiun Gondangdia. Selesai sarapan, sudah menunggu Abang Bajaj yang siap mengantar mereka berdua ke kantor masing-masing.

Apakah mereka sudah saling selingkuh dari pasangannya masing-masing yang ditinggalkannya di rumah atau di suatu tempat yang lain?

Bisa ya, bisa juga tidak!

Bisa ya, kalau memang hubungan diantara mereka sudah sedemikian rupa sehingga melupakan pasangan resminya masing-masing.

Bisa tidak, kalau memang hubungan mereka hanya sebatas pertemanan belaka.

Coda:

Makanya,
jangan mudah 'curhat' kepada orang lain. apalagi kepada lawan jenis. Hati-hatilah jika anda curhat dan lalu ada orang lain yang seolah-olah berempati menanggapi curahan hati anda. Disinilah biasanya hubungan yang lebih dalam akan segera dimulai.

Kalau anda tidak ingin menyakiti hati pasangan anda.
Kalau anda tidak ingin menyakiti hati anak-anak anda.
Kalau anda tidak ingin menodai cinta anda.
Kalau anda tak ingin membuat jebakan tikus di rumah.

STOP!!!
Janganlah anda selingkuh.

Say No to Selingkuh!!!

Mendekatipun sekali-kali jangan.
Karena sekali anda selingkuh, akan menjadi sulit anda berhenti. Lalu anda akan demikian pintarnya mencari-cari jawaban jika ada teman anda bertanya mengapa anda selingkuh.

Jika anda masih juga pengin selingkuh.
Selingkuhlah dengan pena.
Dengan pinsil.
Dengan mesin ketik.
Dengan tuts-tuts keyboard komputer.
Dengan tuts-tuts keyboard laptop.
Dengan PDA.
Dengan komunikator.
Lalu tulis saja keinginan anda, motivasi anda. Semuanya tentang selingkuh itu. Siapa tahu, lain kali berguna.

Inikah selingkuh itu?

Mudah-mudahan anda menjawab:
"Ya!"

1 Comments:

Blogger Susilo B. Utomo, susilo.bu@gmail.com said...

The Selingkuhman dan The selingkuh woman sering bilang selingkuh itu nikmat.

Nah, kita, orang-orang yang tidak melakukan selingkuh, seringkali mencibir.

Saya juga ragu, apakah ini cibiran sinis atau cibiran ngiri karena kita tidak bisa (baca: tidak laku) untuk selingkuh.

Bahkan kalau kita tanya pada mereka para selingkuhwan dan selingkuhawti, mengapa mereka selingkuh. Pasti mereka menjawab "Deg-degannya itu lho yang ngangeni. Bikin kita exciting. Memompa adrenalin"

Tuesday, October 18, 2005 2:12:00 PM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home