Friday, December 23, 2005

Saya Orang Miskin

Saat ini kalau ditanyakan ke sebagian rakyat Indonesia, apakah anda termasuk orang miskin atau orang berkecukupan, maka banyak orang yang dengan bangganya menyebut dirinya miskin. Mengapa ini bisa terjadi, karena kemiskinan saat ini adalah sebuah "komoditi".

Beberapa waktu lalu orang akan menjadi sangat tersinggung jika diberikan cap atau stigma bahwa dirinya miskin. Karena saat itu kemiskinan adalah aib yang sangat memalukan. Kemiskinan adalah bukti kongkrit bahwa seseorang kurang berhasil dalam hidupnya. Sehingga istilah itu dengan sekuat tenaga harus dihindari. Meskipun pada kenyataannya bila dilihat dari kondisi fisiknya, baik dengan menggunakan parameter apapun, mereka adalah benar-benar hidup dibawah garis kemiskinan.

Namun kita bila lihat kenyataannya sekarang, orang dengan 'bangganya' menyebut dirinya sebagai orang miskin. Karena dengan stigma miskin itu, masyarakat menjadi punya hak untuk mendapat Bantuan Tunai Langsung (BTL) sebagai kompensasi adanya kenaikan BBM.

Paradigma ini menjadi sangat paradoksal. Bahkan yang terjadi di lapangan menjadi lebih menyedihkan lagi. Banyak orang yang sesungguhnya mampu namun dengan rela dan bangganya mengorbankan dirinya dan menyebut dirinya sebagai orang miskin sekedar agar bisa mendapatkan bantuan tersebut. Oleh karena sedemikian gampangnya orang menyebut dirinya miskin, maka proyek pemerintah memberikan kompensasi atas kenaikan BBM dengan BTL dengan cepatnya menjadi bola liar.

Menjadi bola liar, karena semua orang dengan mudahnya menyebut dirinya miskin. Menjadi bola liar karena rakyat dengan serta merta merasa menjadi orang yang paling berhak atas bantuan tersebut. Sehingga akhirnya banyak pihak yang ikut bermain atau bahkan memperkeruh situasi agar mendapat BTL. Karena sedemikian mudahnya, maka selanjutnya mudah ditebak yaitu para penerima BTL tersebut tidak dapat dijamin ketepatannya. Di Kantor Pos Besar Pasar Baru Jakarta, misalnya, ada orang yang ingin ngantri pencairan dana BTL ini namun berangkatnya menumpang taksi. Masih di kantor ini pula, banyak pengantri yang dengan asyiknya saling berkirim SMS dan berhala-halo melalui telepon genggam ditangannya sekedar untuk mengusir jenuh menunggu antrian.

Namun di belahan Indoneisa yang lain banyak nenek-nenek yang jatuh pingsan karena tergencet antrian yang tidak tertib dan bahkan ada yang harus meregang nyawa karena tak cukup tenaga melawan desak-desakan antrian. Sementara yang muda dan masih segar bugar dedngan anarkisnya menghancurkan berbagai kantor pemerintah karena tidak mendapat kartu kompensasi BBM. Banyak ketua RT yang dikeroyok, banak ketua RW yang bonyok dan banyak kepala desa yang terancam jiwanya karena diduga tidak adil dalam mendata rakyatnya yang miskin. Namun

Oleh karena itu marilah kita berpikir jernih, apakah kita benar-benar orang miskin atau justru sebaliknya adalah orang yang lebih dari berkecukupan.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home