Thursday, November 24, 2005

Retrospeksi 2005

Kawan-kawan keluarga besar alumni PAAP-Tel dan PAT-Tel Angkatan I-III yang sangat membanggakan. Hari ini, dalam suasana Idul Fitri yang sangat menggembirakan, saya ingin mengajak kawan-kawan melakukan retrospeksi. Mencoba melihat kedepan.

Marilah kita bersyukur. Menyukuri segala nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada kita semua sampai detik ini. Hingga kita dapat menikmati suasana lebaran bersama keluarga kita. Menikmati suasana liburan bersama anak istri kita. Karena nun jauh di sana masih ada kawan-kawan sealumni kita yang tidak bisa berlebaran maupun berlibur bersama keluarganya. Karena saat ini banyak kawan-kawan dari PAT yang harus tetap piket di kantor untuk memastikan segala infrastruktur telekomunikasi agar berfungsi dengan baik. Banyak pula kawan-kawan dari PAAP yang tak bisa mudik karena harus mengawal proses tutup buku serta proses audit laporan keuangan tahun 2005 yang juga tak kalah strategisnya bagi perusahaan yang kita cintai.

Namun tanpa kita sadari, ada yang lebih menyedihkan lagi. Karena ada beberapa kawan kita saat ini tak lagi sempat mudik ataupun berlibur lagi bersama keluarganya. Karena diantara kawan-kawan kita itu saat ini telah lebih dulu pulang ke keabadian. Pulang ke rumah yang kelak kita juga pasti akan ke sana. Ke rumah Allah, ke rumah Tuhan yang memiliki segala sesuatu atas kita.

Kawan-kawan sealumni, di tengah suasana yang menggembirakan ini, marilah kita coba renungkan kembali, sudahkah cukup bekal kita untuk mudik yang sesungguhnya. Mudik menuju ke keabadian. Sudah cukupkah bekal kita. Dan sudah cukupkah bekal yang akan kita tinggalkan untuk anak dan istri yang sangat kita cintai itu.

Kawan-kawan sealumni, marilah sejenak kita tengok kawan-kawan kita yang telah lebih dulu berpulang. Bagaimanakah kabar anak istri mereka sekarang? Sudahkah mereka hidup layak kembali seperti saat suami atau ayah mereka masih di sampingnya?

Kalau saja masih ada diantara keluarga almarhum kawan kita itu hidup dalam kesusahan, betapa sangat berdosanya kita. Karena sebagai kawan dekat, sebagai saudara sealumni yang pernah hidup bersama di satu asrama, telah membiarkan ana-anak yatim mereka hidup dalam kesusahan. Sementar setiap tahun secara rutin kita juga telah mengeluarkan zakat maal, namun untuk anak-anak yatim lainnya.

Kawan-kawan sekalian, masihkah kita ingat dengan almarhum Dwi Cahyono? Masihkah kita ingat saat-saat di asrama dulu? Siapa yang dengan tulus ikhlas mencukur rambut kita? Dwi Cahyono, bukan? Lalu bagaimana kabar anak istrinya sekaran?

Masihkah kita ingat almarhum Agus Safrudin yan sering kita panggil dengan Agus Kadal dari Tegal? Masihkah kita ingat joke-joke yang selalu ia lontarkan? Lalu bagaimana kabar anak dan istrinya sekarang?

Kawan-kawan sealumni, itulah beberapa contoh kawan kita yang telah lebih dulu mudik dan berpulang ke keabadian. Rasanya tidak berlebihan jika anak istri mereka itu menjadi tanggung jawab kita. Karena bagaimanapun pedihnya hati kita kehilangan kawan, rasanya tak akan sepedih hati anak dan istrinya. Oleh karena itu marilah bersama-sama kita sisihkan harta kita untuk mereka. Marilah kita tingkatkan kepedulian kita untuk kawan-kawan kita itu. Karena dalam setiap jengkal harta kita itu, sesungguhnya terkandung pula harta mereka.

Semoga Tuhan mengampuni kita semua, selalu menganugerahi kita dengan umur panjang yang membawa berkah, melimpahkan kompetensi, prestasi dan rezeki yang selalu membawa rahmat, tidak hanya bagi kita tetapi juga bagi orang-orang terdekat kita. Termasuk bagi keluarga kawan-kawan sealumni yang telah lebih dulu pulang untuk selama-lamanya.***

_________
Restrospeksi ini dibacakan pada temu kangen alumni paap-pat telekomunikasi
di ungaran, jawa tengah, 5 november 2005.