Friday, December 23, 2005

Bahasa Persahabatan

Seorang kawan lama dari Medan semalam mengabarkan melalui SMS, bahwa karya tulisnya masuk nominasi pada suatu lomba yang sangat bergengsi di negri ini. Untuk memepertahankan argumentasinya, dimintalah ia presentasi secara formal didepan juri. "Saya grogy!", katanya.

Dengan setengah terkagum-kagum pada prestasinya, serta merta tanpa pikir panjang saya reply SMS itu. "Wong rai gedeg dan kulit badak kok bisa grogy sih?" Tulis saya dalam bahasa jawa.

Awalnya saya terkejut memikirkan balasan saya yang cukup 'kurang ajar', tetapi terlambat saya sudah terlanjur memencet tombol 'send'.

Namun saya lebih terkejut dengan SMS berikutnya yang masuk. "Sampeyan memang paling top. Selalu bisa beri semangat dengan cara yang tepat kepada orang yang berbeda-beda. Thx doanya". Ternyata bahasa kasar saya tadi malah menimbulkan semangat yang luar biasa bagi kawan saya itu. Meskipun nampaknya kasar dan sangat kurang ajar, namun jika disampaikan oleh sahabat lama ternyata tetap saja bisa menjadi manis. Itulah bahasa persahabatan. Saya jadi ingat almarhum ayah saya dulu jika menerima telepon dari sahabatnya. Karena ucapan selalu sama dan bahkan sangat standar, yaitu diawali dengan assalamualaikum lalu dilanjutkan dengan umpatan khas surabayaan 'janjuk' (maaf) dan selanjutnya gelak tawa.

Apakah anda juga menggunakan bahasa persahabatan kepada sahabat-sahabat anda? Ataukah anda selalu berbahasa Indonesia yang baik dan benar? Jika memang begitu, cobalah sesekali anda gunakan ungkapan-ungkapan khas yang sering anda gunakan kala itu. Dan rasakan perbedaannya, anda pasti akan lebih merasakan kedekatan dengan sahabat-sahabat tersebut. Tidak percaya, silahkan coba.

Saya Orang Miskin

Saat ini kalau ditanyakan ke sebagian rakyat Indonesia, apakah anda termasuk orang miskin atau orang berkecukupan, maka banyak orang yang dengan bangganya menyebut dirinya miskin. Mengapa ini bisa terjadi, karena kemiskinan saat ini adalah sebuah "komoditi".

Beberapa waktu lalu orang akan menjadi sangat tersinggung jika diberikan cap atau stigma bahwa dirinya miskin. Karena saat itu kemiskinan adalah aib yang sangat memalukan. Kemiskinan adalah bukti kongkrit bahwa seseorang kurang berhasil dalam hidupnya. Sehingga istilah itu dengan sekuat tenaga harus dihindari. Meskipun pada kenyataannya bila dilihat dari kondisi fisiknya, baik dengan menggunakan parameter apapun, mereka adalah benar-benar hidup dibawah garis kemiskinan.

Namun kita bila lihat kenyataannya sekarang, orang dengan 'bangganya' menyebut dirinya sebagai orang miskin. Karena dengan stigma miskin itu, masyarakat menjadi punya hak untuk mendapat Bantuan Tunai Langsung (BTL) sebagai kompensasi adanya kenaikan BBM.

Paradigma ini menjadi sangat paradoksal. Bahkan yang terjadi di lapangan menjadi lebih menyedihkan lagi. Banyak orang yang sesungguhnya mampu namun dengan rela dan bangganya mengorbankan dirinya dan menyebut dirinya sebagai orang miskin sekedar agar bisa mendapatkan bantuan tersebut. Oleh karena sedemikian gampangnya orang menyebut dirinya miskin, maka proyek pemerintah memberikan kompensasi atas kenaikan BBM dengan BTL dengan cepatnya menjadi bola liar.

Menjadi bola liar, karena semua orang dengan mudahnya menyebut dirinya miskin. Menjadi bola liar karena rakyat dengan serta merta merasa menjadi orang yang paling berhak atas bantuan tersebut. Sehingga akhirnya banyak pihak yang ikut bermain atau bahkan memperkeruh situasi agar mendapat BTL. Karena sedemikian mudahnya, maka selanjutnya mudah ditebak yaitu para penerima BTL tersebut tidak dapat dijamin ketepatannya. Di Kantor Pos Besar Pasar Baru Jakarta, misalnya, ada orang yang ingin ngantri pencairan dana BTL ini namun berangkatnya menumpang taksi. Masih di kantor ini pula, banyak pengantri yang dengan asyiknya saling berkirim SMS dan berhala-halo melalui telepon genggam ditangannya sekedar untuk mengusir jenuh menunggu antrian.

Namun di belahan Indoneisa yang lain banyak nenek-nenek yang jatuh pingsan karena tergencet antrian yang tidak tertib dan bahkan ada yang harus meregang nyawa karena tak cukup tenaga melawan desak-desakan antrian. Sementara yang muda dan masih segar bugar dedngan anarkisnya menghancurkan berbagai kantor pemerintah karena tidak mendapat kartu kompensasi BBM. Banyak ketua RT yang dikeroyok, banak ketua RW yang bonyok dan banyak kepala desa yang terancam jiwanya karena diduga tidak adil dalam mendata rakyatnya yang miskin. Namun

Oleh karena itu marilah kita berpikir jernih, apakah kita benar-benar orang miskin atau justru sebaliknya adalah orang yang lebih dari berkecukupan.

Friday, December 09, 2005

Terlambat Itu Wajar

Di Indoneisa ini, di alam yang sangat ramah ini, keterlambatan adalah suatu kewajaran. Orang Indonesia yang sangat penuh pengertiaan dan pemaaf ini, akan dengan mudah tersenyum memaafkan keterlambatan. Di stasiun kereta api, hampir setiap hari terjadi keterlambatan. Meski hampir tiap hari terlambat, toh jadwal kereta tak pernah diubah untuk disesuaikan. Dimundurkan misalnya supaya bisa tepat. Ternyata toh tak pernah dilakukan.

Di bandara, pesawat kita juga sering terlambat terbang dengan istilah yang lebih sopan delayed. Alasan keterlambatan inipun sangat klise yaitu karena alasan teknis. Kalau kita mau runut lebih jauh, alasan teknis mana yang sering menyebabkan keterlambatan? Tak ada diantara kita yang cukup mampu untuk menebaknya. Dan kita dengan sangat mahfumnya akan berkata "Untung alasan teknisnya diketahui, coba kalau pesawat kita sudah terlanjur terbang dan baru diketahui kerusakannya......?"

Ya, ya di negri ini terlambat itu memang wajar. Saking wajarnya, malah akan menjadi ganjil jika ada sesuatu yang berlangsung dengan tepat waktu. Kita harus siap-siap kecewa bila menghadiri rapat beberapa saat sebelum waktu undangan. Kita pasti akan kebingungan sendiri karena pengundang belum datang. Ruang meeting masih terkunci rapat.

Kalaupun para undangan rapat sudah hadir, tetapi ada seorang undangan yang belum hadir, tetapi karena entah jabatannya, entah kekayaannya atau entah karena apanya, maka acara pun tak kan pernah dimulai segera. Dan dengan senang hati, rapat akan dengan setia menunggu kedatangannya.

Terlambat itu memang biasa.

Nah sekarang, apakah kita ingin menjadi orang biasa atau orang yang luar biasa?

Wednesday, December 07, 2005

Setelah sekian lama tak ketemu

Setelah sekian lama tak ketemu
tiba-tiba aku kangen masa lalu
masa dimana kita saling berbagi semangat
berbagi kisah perjalanan yang kita tempuh hari itu

Setelah sekian lama tak ketemu
tiba-tiba melaju saja aku mencari-cari rumahmu
sekedar ingin menakar seberapa besar rinduku
sekedar ingin menakar seberapa besar rindumu
sekedar ingin menakar romantisme persahabatan masa lalu

Setelah sekian lama tak ketemu
masa telah merubah segalanya

Penakut

Apakah anda seorang pemberani? Atau malah penakut?

Pemberani maupun penakut adalah satu pilihan yang mesti diambil. Dan pilihan ini adalah selalu meniadakan lainnya. Jika anda mengambil posisi sebagai penakut, maka sangat tidak mungkin saat itu juga anda menjadi seorang yang pemberani. Demikian juga jika anda memilih menjadi seorang pemberani, maka sangat mustahil pada saat yang bersamaan anda menjadi seorang yang penakut.

Pilihan sebagai pemberani ataupun penakut, sesungguhya sah-sah saja kita lakukan. Karena ini adalah bagian dari konsekuensi hidup itu sendiri.

Apapun pilihan kita, baik berani maupun takut, sesungguhya merupakan pilihan yang sangat 'berani'. Bagaimana tidak, dengan mengambil salah stu pilihan, entah sebagai pemberani atau sebagai penakut, maka kita pun telah berani mengesampingkan pilihan lainnya. Pilihan ini tentu juga memiliki resiko di dalamnya.

Pemberani dan penakut sebenarnya sama saja. Keduanya sama-sama berdasarkan perhitungan dan pertimbangan. Baik berani atau takut yang dilakukan karena pertimbangan yang realistis, itu namanya hati-hati. Sedangkan para pemberani maupun para penakut yang ditempuh tanpa adaya pertimbangan yang realistis dan masuk akal, maka mereka sesungguhnya termasuk orang-orang yang nekat.

Menjual Momen

Kalau kita perhatikan bersama dengan cermat pada saat-saat bulan ramadhan seperti sekarang ini. Bulan dimana para umat islam diwajibkan berpuasa, maka di banyak media masa gegap gempita pula bermunculan karya tulis atau artikel yang membahas berbagai hal tentang puasa. Bahkan dalam bentuk terbitan atau buku juga bermunculan banyak buku yang memanfaatkan situasi ini dengan membahas berbagai topik tentang puasa dengan berbagai sudut pandang pula..

Bukan saya tidak sependapat dengan para penulis yang memanfaatkan momen tersebut. Tetapi saya ingin mengatakan bahwa fenomena ini di dalam dunia marketing kita kenal sebagai seasonal. Justru saya salut kepada para penulis itu yang dengan cermat dan jitu dapat memanfaatkan momen untuk menarik minat khalayak pembaca agar membaca karyanya. Dan ini memang syah-syah saja.

Fenomena lain juga muncul saat hampir semua stasiun teve menayangkan berbagai sinetron, film, maupun reality show bertema alam gaib atau dunia lain. Seiring dengan fenomena ini, maka banyak pula karya tulis yang terbit untuk meramaikan tren tersebut.

Seorang penulis, memang dituntut harus peka dengan keadaan ligkungannya. Seorang penulis memang dituntut agar peka dengan lingkungan jamannya. Kalaupun bukan sebagai pencetus ide atau tren, paling tidak para penulis juga dituntut peran aktifnya dalam meramaikan tren yang sedang terbentuk pada suatu saat tertentu.

Pada era teknologi informasi seperti sekarang ini, dimana informasi demikian cepatnya mature atau cepat berkembang lalu hilang untuk digantikan oleh bertumbuhnya informasi lainnya. Kecepatan membaca tren memang modal dasar untuk dapat ikut meramaikan gegap gempitanya jaman atau momen. Terlambat kita ambil bagian, maka menjadi tidak mungkin lagi kita ikut berperan. Karena tren atau momen mungkin telah berubah sebagaimana mode yang juga cepat berubah.

Sekarang, pilihan memang terletak di genggaman kita masing-masing. Apakah kita ingin berperan sebagai penonton yang bertepuk tangan di pinggir lapangan sambil sesekali mencemooh para pemain yang nampak kurang sempurna dalam memainkan perannya. Atau justru menjadi aktor perubahan yang akan menentukan ke arah mana momen itu akan dibawa? Semua berpulang kepada anda, baik sebagai penulis maupun sebagai anggota masyarakat.

Thursday, December 01, 2005

Baller Id, Gelang karet yang Trendy

Ditulis oleh: Nabila Nastiti (9th)


Tahukah teman-teman apa itu baller id?

Kalau diantara teman-teman masih ada yang belum tahu, jangan berkecil hati. Karena memang masih banyak diantara kita yang belum tahu nama baller id, meskipun kita sudah memiliki dan memakainya. Bahkan banyak lho kakak-kakak kita yang sudah memakai ternyata juga belum tahu namanya, apalagi makna yang terkandung didalamnya.

Kalau saya sebutkan gelang karet yang berwarna-warni cerah, lebarnya kira-kira 1 cm, ada dan terkadang ada yang bisa bersinar di tempat gelap, tentu teman-teman tahu gelang karet apa yang saya maksudkan itu. Ya, gelang karet itu namanya baller id. Saya yakin, teman-teman pasti sudah banyak yang memiliki dan mengoleksinya.

Mengapa gelang karet (rubber wristband) ini disebut baller id? Awalnya, gelang karet ini memang dibuat di Amerika sebagai identitas (id) bagi para pemain bola (baller), dalam hal ini pemain bola basket.

Baller id ini pertama kali dibuat oleh produsen perlengkapan olahraga NIKE dan dipakai oleh para pemain bola basket yang disponsorinya. Karena semakin lama semakin ngetren dan menjadi ciri khas para pemain basket, maka Adidas juga ikut memproduksinya untuk identitas para pemain basket yang disponsorinya. Di kalangan atlet, saat ini baller id tidak hanya digunakan sebagai identitas para pemain basket, para pemain tenis dan sepakbola pun banyak pula yang telah mengenakannya.
Mungkin karena bentuknya yang manis dengan warna-warnanya yang sangat cerah dan ada model tertentu yang dapat bersinar di tempat gelap, menjadikan baller id ini cepat digemari di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Tidak cuma di kalangan anak-anak seperti kita, banyak orang dewasa juga memakainya. Tak ketinggalan para artis juga banyak yang pakai.

Teman-teman, baller id sekarang sudah tidak lagi sekedar menjadi identitas para pemain basket lho. Uniknya lagi, gelang karet ini sekarang telah bergeser maknanya menjadi simbol solidaritas sehingga disebut gelang solidaritas (charity wristband). Sehingga banyak digunakan oleh yayasan sosial untuk menggalang dana bagi kemanusiaan.

Sebagai gelang solidaritas, warna-warni baller id itu sekarang juga punya arti khusus lho teman-teman. Jadi tidak hanya sekedar untuk mempercantik bentuknya saja.

Nah, sekarang teman-teman sudah tahu kan apa itu baller id. Kalau sudah tahu namanya, pahami juga dong arti masing-masing warnanya. Jadi kita tidak asal memakainya, tetapi juga tahu sejarah dan maknanya. [nn]

Gelang Solidaritas

Ditulis Oleh: Nabila Nastiti (9th)

Gelang karet ini memang sekarang lagi ngetren. Mungkin diantara teman-teman sekelas kita lebih banyak yang memiliki dan mengoleksinya daripada yang tidak.

Selain NIKE dan Adidas, produsen pakaian kasual Giordano juga membuat baller id. Karena telah bergeser menjadi gelang solidaritas, maka tulisan di permukaannya pun bisa macam-macam. Baller id Giordano antara lain bertuliskan Fun, Love, Imagine dan Respect dengan wwarna-warnanya yang sangat solid.

Ngomong-ngomong soal warna, warna gelang solidaritas ini juga punya arti khusus lho. Misalnya, warna kuning melambangkan solidaritas untuk penderita kangker. Warna putih melambangkan solidaritas untuk kemiskinan dan lain lain.

Di Indonesia salah satu gelang solidaritas yang paling banyak dicari adalah baller id warna merah dengan tulisan ?SOLIDARITAS KEBERSAMAAN?. Baller id ini harganya Rp 10.000 dan dibuat sebagai lambang kepedulian bagi pendidikan anak-anak Indonesia. Ada pula gelang warna orange dari Japfa dengan tulisan ?Kita Peduli? dan tidak ketinggalan dari Yayasan Jantung Indonesia dengan gelang biru yang bertuliskan ?I Love My Heart, Let it beat?. [nn]

Ayo Kita Ngeblog!

Adik-adik suka menulis buku harian? Tentu semuanya suka menulisnya. Tetapi dimana biasanya buku harian itu adik-adik ditulis? Di buku agenda atau diary, bukan? Nah, sekarang adik-adk juga bisa menulis buku harian tidak hanya di buku diary, tetapi di intrenet. Di internet? Ya, di internet!

Buka harian di internet dikenal sebagai Blog. Sehingga kegiatan menulis buku harian di innternet sering siaebut dengan Blogging atau ngeblog. Nah, para penulis buku harian itu disebut sebagai blogger.

Jika diary yang kita tulis biasanya sifatnya sangat pribadi, sehingga jarang sekali orang lain dapat ikut membacanya. Jangankan orang lain, kakak kita pun kadangakala enggak bolwh ikut membacanya. Namun kalau di dalam blog menjadi lain. Blog sebenarnya adalah slah satu situs juga di dalam internet. Oleh karena itu siapa saja, semua orang dapat dengan mudah juga untuk mengunjungi situs blog kita dan membacanya.

Perbedaan lainnya dengan diary adalah, para pembaca blog kita boleh memberikan komentar terhadap segala cerita atau tulisan yang kita posting atau kita tulis di blog itu. Dengan demikian sangat mungkin terjadi dialog atau komunikasi diantara kalian para pemilik situs blog dan para pembacanya.

Lalau bagaimana kita bisa mempunyai situs blog sendiri di internet? Mudah sekali caranya.

Di internet banyak sekali situs yang menyediakan blognya secara gratis untuk kita gunakan. Salah satunya, kunjungilah situs internet http://www.blogger.com lalu jadilah salah satu anggota untuk mendapatkan akses. Jika adik-adik mengalami kesulitan, mintalah banuan kakak, ibu atau ayah untuk memandu atau membuatkan situs blog untukmu. Jika kuurang jelas, silahkan adik-adik ikuti langkah-langkah pembuatan situs blog pada kolom "Membuat Situs Blog".